Rahsia Disebalik Para Ulama Bincang Umur 40 Tahun, Amalkan Doa Ini
Umur empat puluh tahun adalah umur yang menjadi batasan bagi manusia dalam keberhasilan dan juga keselamatannya. Kenapa harus empat puluh tahun? Disebutkan dalam Ya Ibn Al Arba’in bahwa seseorang yang sudah mencapai umur empat puluh tahun berarti akalnya sudah sampai pada titik berfikir yang matang dan juga telah mencapai kedewasaan yang sempurna. Sehingga secara umum, tidak akan berubah kondisi seseorang yang sudah mencapai umur tersebut.
Juga disebutkan dalam At-Tabaqat Al Kubra, jika mereka (para salaf) sudah mencapai umur emapt puluh tahun dan berada pada perangai, maka ia tidak akan bisa pernah berubah hingga datangnya kema tian. Dengan demikian, usia empat puluh tahun memiliki kekhususan tersendiri. Pada umumnya, usia empat puluh tahun adalah usia yang tidak dianggap biasa, tetapi memiliki nilai lebih dan khusus.
Pengarang kita Tafsir Jalalain, Al-Hafidz Jalaluddin Al Suyuthi berkonsentrasi untuk beribadah dan mendekatkan diri pada Allah di saat beliau mencapai umur empat puluh. Pada saat itulah beliau terus menyusul karya-karya tulisnya.
Sebab itulah Al Khalil bin Ahmad Al Farahidi menyebutkan dalam Al Wafyat A’yan bahwa manusia yang paling sempurna akal dan pikirannya adalah apabila telah mencapai usia empat puluh tahun.
Itu adalah usia, di mana pada usia tersebut Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan pikiran manusia akan sangat jernih pada waktu sahur.
Penjelasan di atas membuat kita tersita untuk meluangkan perhatian khusus bagi umur empat puluh tahun. Di mana seseorang hendaknya memohon agar diberikan hidayah, taufik, dan terus mendekatkan diri pada Allah. menurut Imam Al Qurthubi, orang yang sudah mencapai umur empat puluh tahun, maka sesungguhnya telah tiba baginya untuk mengetahui nikmat Allah Ta’ala yang ada padanya dan kepada kedua orang tuanya, kemudian mensyukurinya.
Al Qur’an menegaskan dalam QS Al Ahqaf: 15 untuk siapa pun yang telah dewasa dan mencapai umur empat puluh tahun untuk berdoa sebagai berikut:
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Rabbi auzi’nī an asykura ni’matakallatī an’amta ‘alayya wa ‘alā wālidayya wa an a’mala ṣāliḥan tarḍāhu wa aṣliḥ lī fī żurriyyatī, innī tubtu ilaika wa innī minal-muslimīn
Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”
Leave a Reply